Penjelajah

Minggu, 29 Mei 2011

Ketawadhu'an Dan Ketakabburan

Tawadhu' berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah rendah hati, lawan dari ketakabburan. Tawadhu' merupakan salah satu dari akhlak mulia, sedangkan ketakabburan merupakan akhlak tercela. Sikap rendah hati dalam pengertian tawadhu' bukanlah dimaksudkan hingga merendahkan kehormatan diri sendiri dan tidak pula memberi peluang kepada orang lain untuk melecehkan kemuliaan diri.

Sedangkan takabbur merupakan sikap merasa lebih unggul, lebih pintar, lebih hebat, lebih terhormat dan lebih mulia dari yang lain, merupakan sikap terlalu percaya diri, menganggap orang lain lebih rendah dan hina sehingga nyaris enggan bergaul dengan orang lain. Orang-orang seperti ini tidak mau menerima perbedaan pendapat dan nasehat orang lain, sehingga dia marah setiap kali ada orang yang mengingatkannya. Maka ketakabburan akan dapat menjerumuskan seseorang kepada sifat, sikap dan adab negatif mengarah pada kebiadaban diri seperti iri, dengki, suka membenci, emosional, egois (keras kepala dan keras hati), mudah terperdaya pada kenikmatan dan keanggunan duniawi, kemudian ingin menguasai dan sok berkuasa. Itu sebabnya orang-orang takabbur itu jadi kebencian di sisi manapun, termasuk di sisi Allah, sebagaimana firman-Nya:

وَلاَ تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحاً إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ الأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولاً

Artinya: Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (Q.S. 17. Al-Isra', A. 37).1

كُلُّ ذَلِكَ كَانَ سَيٍّئُهُ عِنْدَ رَبِّكَ مَكْرُوهاً

Artinya: Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu. (Q.S. 17. Al-Isra', A. 38).2

Orang-orang takabbur itu terkategori sebagai orang yang tidak beriman dan suka ingkar, sebagaimana firman Allah:

إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَالَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ قُلُوبُهُم مُّنكِرَةٌ وَهُم مُّسْتَكْبِرُونَ

Artinya: Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong. (Q.S. 16. An-Nahl, A. 22).3

Itu sebabnya Allah tidak menyukai orang-orang yang takabbur, sebagaimana firman-Nya:

لاَ جَرَمَ أَنَّ اللّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ

Artinya: Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. (Q.S. 16. An-Nahl, A. 23).4

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S. 31. Luqman, A. 18).5

وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

Artinya: Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Q.S. 31. Luqman, A. 19). 6

Kemudian Allah juga mengancam orang-orang yang takabbur, sebagaimana firman-Nya:

سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِن يَرَوْاْ كُلَّ آيَةٍ لاَّ يُؤْمِنُواْ بِهَا وَإِن يَرَوْاْ سَبِيلَ الرُّشْدِ لاَ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلاً وَإِن يَرَوْاْ سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلاً ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا وَكَانُواْ عَنْهَا غَافِلِينَ

Artinya: Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya. (Q.S. 7. Al-A'raf, A. 146).7

الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ كَبُرَ مَقْتاً عِندَ اللَّهِ وَعِندَ الَّذِينَ آمَنُوا كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang. (Q.S. 40. Al-Mukmin, A. 35).8

Itulah sebabnya para takabburin (orang-orang sombong) gemar menguasai, mengambil dan memakan sesuatu yang bukan haknya, baik itu berupa pangkat, jabatan, benda, harta dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dimilikinya dan selalu merasa kekurangan, bahkan dengan hak-hak saudaranyapun dirampasnya dengan melupakan bahwa dia telah terlebih dulu menerima haknya. Orang tersebut biasanya susah melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain susah.

Tetapi para tawadhu'in (orang-orang yang rendah hati) dengan istiqamah akan memunculkan sifat, sikap dan adab terpuji lain dari dalam dirinya, seperti perasaan bahwa pada hakikatnya semua manusia ini sama (sama-sama makhluk ciptaan Allah yang terbuat dari setetes air mani), lebih mengutamakan kepentingan orang lain dari kepentingan dirinya sendiri, lebih toleransi kepada sesama manusia walau berbeda status, jabatan, pangkat, ras, adat, suku, bangsa dan agama, mampu memahami perasaan orang lain dan ikhlas membantu kaum yang terzholimi.

Sungguh mulia para tawadhu'in dan sungguh biadab para takabburin. Semoga bermanfaat untuk memperbaiki diri ini dan diri itu kearah yang lebih baik. Huwehehehee. www.pangeranputrajagat.blogspot.com

Footnotes:
1. http://www.hajiumroh.com/quran.php?op=display
2. Ibid.
3. Ibid.
4. Ibid.
5. Ibid.
6. Ibid.
7. Ibid.
8. Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar